Program Ridwal Kamil Tidak Efektif: Tong Sampah Rusak Digergaji
Laporan Tim Liputan Tribun Jabar
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Tong sampah program unggulan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, yang diklaim ramah lingkungan, belum genap berusia dua bulan, tapi kondisinya di beberapa titik sudah rusak.
Sejumlah tiang tong bahkan hilang digergaji si tangan jahil. Pengadaan tong sampah ramah lingkungan ini pun dianggap tidak efektif.
Hasil pantauan Tribun Jabar di lapangan menunjukkan, beberapa tong sampah yang terbuat dari besi rusak, antara lain di Alun-alun depan pertokoan Palaguna, besi penyangga tong sampah hanya tinggal satu. Juga di Jalan Kepatihan dan Otto Iskandardinata tidak ada tutupnya.
Di sepanjang Kalipah Apo, Astanaanyar, dan Naripan tidak ada kantong plastiknya sehingga tong sampah hanya jadi pajangan dan sebagian dijadikan pot bunga.
Abah Asep (61), seorang petugas kebersihan di Kelurahan Cibaduyut Wetan, terpaksa menjepit tempat sampah ramah lingkungan itu menggunakan potongan lidi atau kayu tipis.
Semestinya, tempat sampah tersebut memiliki penjepit yang terbuat dari pelat. Fungsinya agar kantong plastik yang digunakan untuk menampung sampah organik dan nonorganik tidak jatuh ke tanah.
"Tempat sampah ini ada lah sekitar dua bulanan dipasangnya. Tapi, penjepitnya sudah pada hilang. Di wilayah Kelurahan Cibaduyut Wetan, ada 14 tempat sampah seperti ini. Hilang semua. Enggak tahu, mungkin ada yang ngambil. Ya gimana, tingkat kesadaran masyarakat masih kurang," kata Abah, Selasa (25/2/2014).
Saat ditemui, Abah tengah memasang lidi dengan hati-hati agar plastik tidak sobek. Lidi atau kayu yang sudah dipersiapkannya itu sebagai ganti penjepit antara plastik dan tong sampah ramah lingkungan di Jalan Cibaduyut.
Abah mengaku setiap hari memang ditugasi untuk mengganti kantong-kantong plastik dari tempat sampah ramah lingkungan ini. Jam kerjanya pukul 08.00-16.00, setiap Senin-Sabtu, sedangkan hari Minggu libur kerja. Dikonfirmasi soal kondisi tong sampah ramah lingkungan, Wakil Wali Kota Bandung Oded M Danial mengakui tong sampah itu kurang efektif.
"Menurut hasil evaluasi, masyarakat belum siap dengan tong kantong plastik sehingga harus ada edukasi dulu sebelum melanjutkan program," ujar Oded di Balai Kota, Rabu (26/2/2014).
Sebagian warga Kota Bandung, kata Oded, belum siap hidup bersih atas kesadaran sendiri. "Saya akui sepertinya tong sampah tipe seperti itu belum saatnya dipakai di Bandung, harus ada edukasi, jadinya bukan membuang sampah yang baik, malah merusaknya," ujarnya.
Menurut Oded, walau belum efektif, bukan berarti program tong sampah gagal atau mubazir, tapi harus ada sosialisasi dan edukasi ke masyarakat. "Ini program sebagai upaya menangani sampah. Jika belum efektif, harus dicari cara lain," ujarnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung Erick Ataurik mengatakan, pihaknya akan mengadakan rapat koordinasi dengan para camat dan lurah untuk membahas tong sampah yang kini banyak yang rusak.
"Tong sampah yang sudah terpasang banyak yang digergaji sehingga kini harus cari cara pengamanannya agar tidak hilang," ujar Erick, Rabu (25/2/2014).
Erick mengatakan, pengadaan tong sampah dilakukan oleh kewilayahan masing-masing sehingga tidak perlu dilelang karena di bawah Rp 200 juta. "BPLH mengalokasi dana tong sampah di APBD Perubahan untuk tong sampah Rp 180 juta dan untuk plastik Rp 180 juta," ujarnya.
Menurut Erick, target pemasangan tong sampah di 5.000 titik belum terpenuhi sehingga dianggarkan kembali di tahun 2014. BPLH mengadakan tong sampah untuk dipasang di 320 titik pantau Piala Adipura.
"Tong sampah itu untuk sampah pejalan kaki, bukan sampah rumah tangga, makanya harus ada edukasi agar program tong sampah bermanfaat," ujarnya.
Direktur Utama PD Kebersihan Kota Bandung Cece Iskandar juga mengakui adanya tong sampah ramah lingkungan yang rusak. "Bukan kualitas tongnya yang jelek, tapi ada yang merusak, karena sejelek-jeleknya kualitas tak mungkin hanya berumur dua bulan," ujar Cece saat dihubungi kemarin.
Cece mengatakan pengadaan tong sampah ditanggung PD Kebersihan, BPLH, dan setiap kewilayahan seperti kecamatan dan kelurahan. "PD Kebersihan baru memasang di 300 titik dan BPLH 310 titik, sedangkan kecamatan dan kelurahan masih didata," ujar Cece.
Cece juga mengatakan tong sampah yang dibuat untuk sampah organik dan nonorganik itu belum berjalan karena warga masih mencampuradukkan sampah.
"Petugas mengganti plastik tiga hari sekali atau lihat kondisi jika sehari sudah penuh diganti, tapi ada yang sudah tiga hari masih kosong," ujar Cece.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jabar menilai penyediaan tong sampah yang diklaim ramah lingkungan oleh Pemkot Bandung kurang matang dalam sisi perencanaan. Pemkot juga kurang melakukan pemantauan terhadap kondisi tong sampah. Penggunaan tong sampah dari plastik tersebut kurang efektif untuk menampung sampah.
"Kami memang belum langsung memeriksa tong sampah dari plastik itu. Tapi sekilas kami lihat ada sejumlah plastik di tong sampah yang tidak ada. Tidak tahu diangkut atau memang tidak ada," kata Ketua Walhi Jabar, Dadan Ramdan, kepada Tribun melalui sambungan telepon, kemarin.
Menurut Dadan, daya tahan plastik penampung sampah juga tidak akan lama. Selain itu, kapasitasnya pun tidak akan terlalu banyak. "Kalau dari plastik memang tidak efektif. Nantinya akan diganti lagi dan akan memakan biaya. Upayanya sudah baik hanya metodenya yang kurang pas," ujarnya.
Program penyediaan tong sampah akan lebih baik menggunakan tong permanen. Dari segi anggaran, tong plastik dinilai akan menghamburkan biaya, sedangkan tong permanen tidak akan banyak menghabiskan anggaran. TSM/WIJ/DIC/TRIBUNJABAR
February 27, 2014 at 06:18AM