Yabes Roni Malaifani Pernah Berlari 10 km Setiap Hari

Yabes Roni Malaifani Pernah Berlari 10 km Setiap Hari
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Pemain Timnas Indonesia U-19, Yabes Roni Malaifani berlatih bersama rekan-rekannya untuk persiapan pertandingan melawan Korea Selatan di Lapangan C PSSI, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (11/10/2013). Indonesia memiliki nilai yang sama dengan Korea Selatan dalam babak penyisihan Grup G Piala AFC U-19, hanya berbeda selisih gol. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

TRIBUNNEWS.COM - Penyerang sayap Timnas U-19 Yabes Roni Malaifani (19), pernah berlari sekitar 10 kilometer selepas padatnya materi latihan yang ia ikuti sewaktu berlatih di Alor, Nusa Tenggara Timur. Yabes tidak pernah mengeluh. Ia berusaha menanamkan sikap optimis dalam dirinya.

Aktivitas itu digeluti sebelum namanya melambung berkat satu gol di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, 10 Oktober tahun lalu. Ia mencetak gol kedua skuad Garuda Jaya saat mengalahkan Filipina 2-0 pada laga kedua penyisihan grup G Pra Piala Asia U-19 2014.

Tendangan keras yang ia lepaskan ke arah kiper Filipina, Bayan, tidak lahir secara instan. Kaki-kaki yang kuat itu dihasilkan lewat perjuangan keras, berpeluh keringat dan air mata.

Yang paling diingat Yabes adalah masa-masa perjuangan sewaktu latihan bersama Tim Sepak Bola Putra Kenari Alor di Alor, salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tim itu dilatih tokoh sepak bola Alor, Arifin Panara.

Yabes bercerita, bagai mana kondisi transportasi memaksanya bekerja ekstra. Jarak dari rumahnya ke lokasi latihan di lapangan Kalabahi sekira 10 kilometer (km). Untuk sampai ke sana, bisa ditempuh menggunakan angkutan kota (angkot). Itu pun berganti dua kali. Dulu, biaya tiap angkot masih Rp 1000.

Persoalannya adalah, ketika Yabes selesai latihan, angkot sudah berhenti beroperasi. Disana, angkot paling sore hanya beroperasi hingga pukul 15.00 Waktu Indonesia Timur (WIT). Ia terpaksa berlari dari tempatnya biasa menunggu angkot sampai ke rumahnya. Rutinitas ini ia jalani lebih kurang dua tahun.

"Biasa saya pulang jam 16.00 atau jam 17.00. Kalau sudah tidak ada angkot, ya joging-joging saja. Capek? Nggak kok. Tidak terasa. Saya menjalaninya dengan keyakinan kuat," kata Yabes dalam wawancara khusus dengan Harian Super Ball di Alor, NTT, tengah pekan lalu.

"Itu saya jalani kira-kira satu tahun setengah. Nggak ada kata menyerah. Saya punya tekad harus bisa memperkuat timnas," tambah pria yang tidak menyukai mata pelajaran bahasa Inggris ini.

Kuatnya tekad Yabes menjadi modal berharga dalam perjuangannya. Bukti bahwa setiap orang bisa melakukan apa yang ia cita-citakan. Khusus Yabes, paling tidak fakta ia bisa mempertahankan posisi di timnas Indonesia U-19 sejauh ini patut diapresiasi.

Baca di Koran Super Ball, Kamis (20/3/2014)



March 20, 2014 at 01:21PM

Leave a Reply