TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Film besutan sutradara Isti Nugroho mengangkat persoalan-persoalan yang dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai pembayar pajak. Misalnya, film berdurasi 28 menit ini membahas kerusakan jalanan yang sebenarnya dapat diperbaiki dengan memakai uang pajak dari masyarakat.

"Saya membuatnya dengan pendekatan teater, sebagaimana basic yang saya bawa. Stressing-nya bukan pada masalah teknis, tapi opini dari civil society,” kata Isti, yang juga pimpinan Komunitas Budaya Guntur 49 Jakarta, Dapoer Seni Djogja, dan aktif di INDEMO (Indonesia Democrazy Monitor).

Menurut Isti, peran masyarakat sangat lemah untuk mengembangkan pemahaman tentang pajak. Melalui film ini diharapkan secara perlahan masyarakat dapat memahami tentang pajak. "Yang kami harapkan masyarakat semakin tahu mengapa dan untuk apa membayar pajak,” katanya.

Dukungan anggota komunitas yang memberi saweran  dana dan menjadi pemain fimnya tersebut, menurut Isti merupakan bentuk dukungan spirit.

"Kalau ditanya biaya produksinya, sungguh tidak ada artinya dan tidak signifikan karena kami membuatnya dengan spirit. Spirit mengalahkan materi," ungkapnya.

Sejumlah artis pemeran yang ditampilkan dalam film ini d iantaranya Shinta Indra Mayasri (Finalis Putri Indonesia dari Jawa Barat), Arien Nasution, Evelyn Auroa, Vicka Sagita Ayu, Sunarto, dan J Sumarlin.