Menafsir dan Memaknai Puisi “Raisopopo” Fadli Zon
Oleh: Alex Palit
Dalam kajian hermeneutika, bahasa puisi itu bedanya bahasa musik (lagu) adalah sebuah ekspresi yang didalamnya dimungkinkan mengandung tafsir dan makna apakah itu sekadar imajinatif atau realita.
Semua itu tergantung pembaca puisi atau pendengar musik itu sendiri dalam menafsir dan memaknainya apa yang tersembunyi di balik semua itu secara kontekstual.
Begitupun ketika kita menafsir dan memaknai puisi “Aku Raisopopo” karya Fadli Zon. Apakah ini puisi sekadar imajinatif atau realita, semua itu dikembalikan lagi kepada pembaca dalam menafsir dan memaknai konteks puisi tersebut.
Selain dikenal sebagai sebagai politisi Partai Gerindra, latar belakang Fadli Zon itu adalah orang sastra lulusan Fakultas Sastra – Universitas Indonesia, pengasuh majalah sastra “Horizon”, sehingga tak heran bila kemudian Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini berdiplomasi dengan bahasa puisi. Karena dengan bahasa puisi, Fadli Zon ingin menjadikan medium dialogis dialektika.
Dari sini kemudian muncul interpretasi dalam menafsir dan memaknai atas kebenaran puisi tersebut apakah sekadar imajinatif atau realita.
Karena puisi itu sendiri merupakan sebuah medium yang bisa dimaknai sebagai proses dialogis dalam bentuk teks. Itu yang saya tangkap dari puisi Fadli Zon yang sangat kental dengan nuansa politisnya.
Soal apa dan siapa yang dibidik di puisi tersebut, tergantung intreprestasi masing-masing dalam menafsir dan memaknai yang dimaksudkan “Raisosopopo”;
aku raisopopo
seperti wayang digerakkan dalang
cerita sejuta harapan
menjual mimpi tanpa kenyataan
berselimut citra fatamorgana
dan kau terkesima
aku raisopopo
menari di gendang tuan
melenggok tanpa tujuan
berjalan dari gang hingga comberan
menabuh genderang blusukan
kadang menumpang bus karatan
diantara banjir dan kemacetan
semua jadi liputan
menyihir dunia maya
dan kau terkesima
aku raisopopo
hanya bisa berkata rapopo
* Alex Palit, penulis lirik lagu, pendiri "Forum Apresiasi Musik Indonesia" (Formasi)
April 17, 2014 at 09:05PM