Ramadan Abencoado Para Indonesia!

Ramadan Abencoado Para Indonesia!
Tribun/Yudie Thirzano
Umat muslim Brasil berkumpul di Centro Estudos Islamicos de Belo Horizonte, jelang Ramadan, Kamis (26/6) lalu. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Langsung dari Brasil, Yudie Thirzano

TRIBUNNEWS.COM - Umat Muslim yang bermukim di Brasil seperti mereka yang tinggal di Kota Belo Horizonte, negara Bagian Minas Gerais, akhir pekan ini bersiap menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Awalnya, saya bertemu dengan kelompok kecil warga Muslim asal Afrika Selatan di Marcedo Central, pasar tradisional ikon kota ini, Kamis (2/6/2014) siang. Dari sana seorang turis mengatakan mereka akan bertemu dengan sejumlah warga Muslim Brasil di kawasan pertokoan Rua Guaranis, sekitar 200 meter dari pasar ini.

Saya pun berkunjung ke lokasi yang disebut. Ternyata itu adalah gedung pusat kajian Islam di Belo Horizonte. Rupanya selain masjid dan pusat kajian di pinggiran kota, yakni di kawasan Taman Mangabeiras, ada juga pusat kajian Islam di tengah kota. Di sini sejumlah turis Muslim dan warga lokal Brasil berkumpul untuk beribadah dan berdiskusi tentang agama. Gedungnya mirip ruko-ruko di Indonesia.

Lokasi pertemuan berada di lantai dua. Gedung di bagian bawah digunakan untuk berjualan sementara di lantai dua adalah ruangan Centro Estudos Islamicos de Belo Horizonte. Meski berada satu gedung, antara lantai satu dan dua digunakan dua akses yang berbeda. Pintu masuknya berbentuk terali besi seukuran kurang dari setengah meter. Di bagian depan tampak beragam buku tentang Islam dan kertas putih tertulis nama pusat kajian. Buku-buku ditata dalam etalase kaca.

Masuk di ruang utama saya bertemu dengan beberapa umat Muslim dari berbagai negara. Sambil berdiskusi lesehan, ada makanan ringan dan beberapa jeruk yang sudah dikupas, disajikan di atas nampan. "Kami datang untuk kegiatan dakwah di sini," kata Shaheem Badai, pria asal Afrika Selatan. Saya kemudian diperkenalkan dengan beberapa warga Brasil yang tengah berkumpul. Mereka adalah Abdurahman Rogerito, Eduardo Magela Leite, Ali Barreto dan Ayaz Jamil.

Tak lama kemudian hadir pula anggota keluarga mereka yakni Sarah istri Ayaz dan Halimah anaknya. Kemudian Umi Dahroni, istri Eduardo yang ternyata merupakan warga Indonesia. "Baru satu bulan saya tinggal di Brasil. Saya berasal dari Jawa Tengah tetapi lama tinggal di Sukamara, Kalimantan Tengah," kata Umi.

Eduaro yang telah menjadi mualaf sejak 2001 mengatakan bahwa Ramadan kali ini akan berbeda bagi umat muslim di Belo Horizonte. Karena ada tamu dari berbagai negara yang hadir di kota itu, mereka berniat menggelar buka puasa bersama di tempat itu setiap hari. "Kecuali hari Sabtu akan digelar di masjid yang ada di pinggiran kota," kata Eduardo.

Di pusat kota, umat Muslim yang ingin hadir berbuka puasa bersama akan membawa bekal masing-masing, lalu dikumpulkan untuk dimakan bersama. Menu buka puasa antara lain biskuit, sereal maupun keju. "Makanan-makanan ringan yang mudah ditemukan dan halal saja. Di sini cukup sederhana," kata Eduardo yang cukup paham situasi berbuka puasa di Indonesia.

Eduardo baru sebulan lalu berkunjung ke Indonesia. Saat bertemu, dia masih mengenakan jaket Timnas sepakbola Indonesia berwarna merah. Di bagian lengan berwarna hijau, di dada kiri terdapat gambar garuda. "Saya tidak tahu ini jaket Timnas Indonesia, saya hanya suka lalu saya beli saat di sana," katanya.

Eduardo mengaku tak paham situasi sepak bola di Indonesia. Namun sebagai warga Brasil, Eduardo cukup mengikuti soal sepak bola dan Piala Dunia. Di sela diskusi dia menanyakan tim mana yang saya jagoi di Piala Dunia. Saya menjawab, Inggris tim yang sudah tersingkir. Eduardo hanya tertawa mendengar jawaban saya.

Di Brasil, khususnya di Kota Belo Horizonte, lamanya waktu berpuasa tak berbeda jauh dengan di Indonesia. "Kami mulai berhenti makan sekitar pukul 5.12 pagi dan berbuka pada 17.32 petang," katanya. Suhu udara pada Ramadan yang barada di bulan Juni-Juli kalender Masehi itu berkisar 12 hingga 24 derajat celcius. Saat kami bertemu, suhu udara di angka 17 derajat celcius.

Ayaz Jamil mengungkapkan, di Brasil mereka belum bisa memastikan kapan 1 Ramadan dimulai. "Mungkin Sabtu atau Minggu kami belum tahu tergantu posisi bulan nanti kami lihat," kata pria yang sehari-hari bekerja sebagai insinyur di salah satu perusahaan swasta itu.

Ayaz, 50, lahir dan besar di Brasil merupakan keturunan Palestina. Namun dia baru memeluk Islam tiga tahun lalu bersama sang Istri Sarah dan Halimah putrinya. Di sela pertemuan, mereka menghentikan kegiatan untuk menjalankan shalat Isya. Sebelum saya meninggalkan lokasi pertemuan, Eduardo dan kawan-kawannya umat Muslim Brasil mengajarkan cara mereka mengucapkan Selamat datang Ramadan dalam bahasa Portugis, "Ramadan Abencoado!" Untuk orang Indonesia, Eduardo mengucapkan,"Ramadan Abencoado para Indonesia!"



June 29, 2014 at 11:15AM

Leave a Reply