Kota Cakalang ini Jadi Pangkalan Nelayan Mancanegara

Kota Cakalang ini Jadi Pangkalan Nelayan Mancanegara
Kompas.com
Kumpulam perahu nelayan 

TRIBUNNEWS.COM BITUNG - Kota Bitung, Sulawesi Utara boleh dibilang surga para nelayan. Tak heran kota Cakalang ini ramai dikunjungi bahkan sering dijadikan pangkalan oleh nelayan mancanegara seperti Filipina.

Mencari nafkah hingga ke negeri orang bukan gampang. Mereka harus rela berpisah dari keluarga dan kerabat. Namun apa boleh buat demi menyambung hidup itupun dilakukan. Nelayan negeri jiran harus mencari tempat tinggal atau indekos. Kebanyakan meraka bekerja sebagai nelayan pancing ikan.

Dari penelusuran Tribun Manado, hampir di semua delapan kecamatan tersebar warga Filipina. Warga negera asing (WNA) itu tinggal menetap, berpindah-pindah bahkan ada yang sampai kawin dengan warga Bitung. "Kalau di Kelurahan Aertemba I tepatnya di RT XII ada puluhan warga Filipina yang datang transit di sejumlah tempat kos lalu naik kapal," ujar Rut Bawole (39), Ketua RT XII diwawancarai Tribun Manado mengenai keberadaan anak buah kapal (ABK) Filipina, Kamis (31/7/2014).

Dijelaskannya, di wilayah RT XII ada puluhan kos yang sering dijadikan tempat tinggal ABK Filipina sebelum naik kapal untuk bekerja. "Tidak ada cerita mereka kos kami tidak izinkan mereka tinggal di rumah. Namun kalau kerja bakti mereka rajin ikut dan biasanya kami ajak," kata dia. Pala menambahkan mengetahui keberadaan ada warga Filipina di wilayahnya diketahui dari bahasa yang mereka gunakan yaitu bukan bahasa Indonesia. "Setiap tamu yang masuk dan datang di wilayah RT XII wajib lapor satu kali 24 jam tamu siapa saja yang datang termasuk ABK Filipina harus lapor," jelasnya.

Dilain pihak, para perangkat pemerintahan bimbang mau menerima atau tidak kehadiran para warga Filipina di kala masyarakat pribumi memilih menerima. "Secara manusia tidak tega mengusir mereka. Mereka hanya datang lalu pergi sambil tetap didata," tukasnya.

Di tempat terpisah, Jonatan Salindeho (38), warga Filipina yang sudah lima tahun bekerja di Kota Bitung mengaku keturunan dari Indonesia dan Filipina. Mamanya asli Filipina dan papanya Sangihe. "Di Filipina sejak umur 31 tahun asli warga Davao, dan sekarang sudah kawin dengan Defan Lolaro warga Kota Bitung dan sudah tinggal bersama istri di belakang Kodim," kata Salindeho yang sudah fasih berbahasa Indonesia.

Selama beberapa tahun di Bitung, ia bekerja sebagai kapten perahu pamboat mesin katinting milik Ferry Lito. Kesehariannya memancing ikan tuna. "Datang ke Bitung karena suka kerja. Di Filipina mancari ikan susah kebanyakan ikan di Bitung. Tangkap di Bitung baru jual di Filipina. Biasanya mencari di perairan Belang dan Batang Dua," jelasnya.

Berprofesi sebagai pemancing ikan tuna hasil pancingannya dalam sehari tergantung banyak tidaknya ikan di laut. Kalau banyak sehari bisa 10 ekor bahkan lebih. "Kalau tidak ada ikan pulang kosong, lamanya waktu memancing ikan jenis tuna memakan waktu 10 hari," ujarnya. (christian wayongkere)



August 01, 2014 at 06:39AM

Leave a Reply