Laporan Wartawan Tribunnews.com, Daniel Ngantung

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –  Gedung tua nan usang bekas kantor telekomunikasi pemerintahan kolonial Belanda yang berlokasi di kawasan Menteng itu sudah berubah wajah.

Elegan dan hangat, begitu kesan yang terasa ketika berada di The Hermitage, hotel butik bintang lima bekas gedung usang itu. The Hermitage secara resmi dibuka oleh Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Kamis (5/6/2014).

Pria yang akrab disapa Ahok ini mengapresiasi  pihak pengelola hotel yang mau memanfaatkan gedung berkategori itu cagar budaya sebagai hotel tanpa meninggalkan nilai historisnya di saat banyak pihak yang sengaja merobohkan gedung serupa untuk dibangun gedung baru.

"Kalau setiap tahunnya ada satu saja bangunan berkategori cagar budaya yang diubah menjadi hotel atau restoran bagus seperti ini, Jakarta akan menjadi luar biasa," ujar Basuki.

Setelah tak lagi menjadi kantor telekomunikasi Belanda, gedung yang didirikan tahun 1923 ini sempat beralih fungsi menjadi Universitas Bung Karno hingga akhirnya kosong beberapa saat.

Lalu datanglah Grace Leo Associates (GLA) Hotels, operator hotel mewah yang dikenal ahli dalam mentransformasi gedung bersejarah menjadi hotel berbintang.

"Proses renovasinya kurang lebih memakan waktu hampir 2,5 tahun," ujar Wilmar Desrizal, Director of Sales and Marketing The Hermitage di sela acara pembukaan.

Selain mempertahankan bangunan lama, pihak pengelola hotel juga menambah satu gedung baru yang terdiri atas sembilan lantai.

Gaya art deco zaman kolonial Belanda masih santer terasa namun tetap berkorelasi dengan kekinian memalui senntuhan sentuhan desain minimalis dan kontemporer pada interior hotel.

Pihak pengelola hotel memang sengaja mempertahankannya karena tidak ingin mengurangi nilai historisnya.

Terdapat 90 kamar di hotel ini dengan rincian dua Presidential Suites, lima Executive Suites, 11 Junior Suites, 24 Executive Rooms, 38 Deluxe Rooms, dan 10 Superior Rooms. Sebanyak 68 kamar di antaranya dilengkapi ruang tamu tersendiri.

Kesan mewah sekaligus hangat hadir lewat elemen kayu yang mendominasi interior kamar hotel.

Sementara itu, cita rasa Indonesia begitu terasa pada kain-kain batik kontemporer dari BinHouse karya Obin. Kain-kain tersebut ada yang hadir sebagai dekorasi di dinding sampai sarung bantal.

Kemewahan tidak berhenti sampai kamar tidur saja. Desain kamar mandi tetap tampil mahal dengan desain sink yang klasik dan elegan. Untuk pilihan perlengkapan mandi seperti sabun dan sampo, The Hermitage menggunakan produk dari beberapa rumah mode ternama dunia seperti Hermès dan Etro.

Dijelaskan Wilmar, hotel ini memang ditujukan bagi para business traveler. Oleh karenanya, setiap kamar juga dilengkapi fasilitas yang mendukung produktivitas bisnis penghuninya.

Selain HDTV layar datar 40 inch dengan berbagai saluran internasional, setiap kamar juga diberi fasilitas internet saluran kabel ataupun nirkabel dan beberapa media hub. Brankas elektronik serta minibar dan mesin espresso juga tersedia di kamar.

Sama seperti hotel berbintang lima ke atas lainnya, The Hermitage juga menyediakan layanan concierge yang siap melayani kebutuhan tamu selama 24 jam.

Kolam renang dan pusat kebugaran berada di lantai sembilan. Naik satu lantai menggunakan tangga, pengunjung sampai di observation deck, di mana panorama kota Jakarta dapat dinikmati dengan pandangan 360 derajat.

Hingga akhir Agustus ini, The Hermitage memberikan beberapa promo harga yang menarik, dimulai dari Rp 1,8 juta per malam atau sekitar 50 persen lebih rendah dari harga normal.

Tamu hotel juga berkesempatan mendapatkan upgrade kamar tergantung ketersediaan kamar.