Pengusaha Jepang: Larangan Minerba, Gerakan Nasionalisme Indonesia

Pengusaha Jepang: Larangan Minerba, Gerakan Nasionalisme Indonesia
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Situs Pan Pacific Copper 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Larangan ekspor minerba (bahan mentah mineral) dari Indonesia ke luar negeri dianggap seorang pengusaha Jepang sebagai gerakan nasionalisme sumber daya dan masyarakat Indonesia saat ini. Dikhawatirkan gerakan nasionalisme ini juga diikuti negara lain khususnya pengekspor minerba dari berbagai negara.

"Pan Pacific Copper (PPC) memiliki kelebihan pasokan 83.000 ton ingot tembaga tahun lalu, dan diperkirakan kelebihan pasokan 40.000 ton tahun ini. Hal ini apabila dilihat untuk tahun depan diperkirakan akan menjadi kelebihan pasokan sekitar 193.000 ton. Pasar tembaga akan kelebihan pasokan sampai dengan 2016," papar Yoshihiro Nishiyama, Wakil Presdir PPC  dan dibenarkan oleh seorang eksekutif PPC lainnya Matsushige Higashimori khusus kepada Tribunnews.com, Selasa (30/9/2014).

PPC adalah perusahaan patungan antara Mitsui Mining & Smelting dan JX Nippon Mining & Metals, bermarkas di Chiyoda-ku, Tokyo.

"Meksipun kelebihan pasokan tembaga, namun gerakan nasionalisme di berbagai negara kemungkinan akan semakin kuat seperti yang terjadi di Indonesia sehingga terjadi embargo minerba Indonesia, larangan tak boleh diekspor," tambahnya.

Oleh karena itu pasokan akan menurun di puncaknya pada tahun 2016.

Permintaan tembaga kuat dan sentimen bisnis di seluruh dunia meningkat akan membuat pertumbuhan melambat. Bahkan Tiongkok, yang merupakan konsumen terbesar di dunia, perluasannya stabil dilakukan mereka.

"Saya menduga harga tembaga, akan tetap 6.600 dolar AS sampai 7.600 dolar AS per ton selama tahun depan. Tetapi itu ada kemungkinan terjadi kenaikan jangka menengah dan panjang dari pasokan pendek," ujarnya.



September 30, 2014 at 07:39AM

Leave a Reply