Rasio Toilet di Mina 1 Dibanding 75 Orang

Rasio Toilet di Mina 1 Dibanding 75 Orang
Kompas.com/Agus Mulyadi
Jemaah haji Indonesia mengisi waktu dengan berjalan-jalan di sekitar tenda mereka, di Padang Arafah. Seluruh jemaah haji menunggu waktu wukuf, yang merupakan puncak ibadah haji, selepas tengah hari hingga menjelang maghrib. 

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Kholish Chered

TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Minimnya sarana toilet di Mina menjadi keluhan yang disampaikan jamaah haji Indonesia dari waktu ke waktu.

Namun hingga saat ini, belum ada solusi yang benar-benar signifikan untuk memecahkan masalah tersebut.

Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin, Senin (29/9/2014), mengatakan pihaknya sudah sering membicarakan permasalahan tersebut dengan pihak muassasah. Namun ketiadaan ruang menjadi kendala yang sulit.

"Kita sudah sering bicarakan hal tersebut dengan muassasah. Namun space-nya memang tidak ada lagi. Karena itu kita sedang menjajaki penempatan toilet portable," katanya saat berbincang dengan wartawan di Zamzam Tower.

Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi, Ahmad Jauhari, mengatakan pihaknya sudah berusaha, bahkan sudah menyiapkan anggaran untuk penambahan toilet di Mina. Namun ada kesulitan dari sisi tempat.

"Kami sudah bicara dengan pihak muassasah. Namun ada beberapa kendala. Pertama, mau ditaruh dimana? Karena tempatnya tidak ada lagi. Spacenya sangat terbatas, hanya segitu saja," katanya.

Kedua, pembangunan toilet juga harus didukung dengan saluran air bersih dan saluran pembuangan limbah. Membangun toiletnya saja sudah sulit karena ketiadaan ruang, apalagi membangun sarana pendukungnya.

"Ketiga, wilayah Mina itu tertutup dan banyak instansi yang terkait. Seperti Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Haji, juga Kementerian Kelistrikan Saudi Arabia. Penambahan fasilitas harus mendapatkan persetujuan dari seluruh instansi terkait," katanya.

Karena itu, langkah yang bisa dilakukan jamaah adalah memanfaatkan fasilitas toilet yang terbatas pada waktu-waktu yang tepat. Untuk diketahui, rasio jumlah toilet dengan jamaah di satu maktab adalah 1 dibandingkan 75 orang.

"Satu maktab itu terdiri dari sekitar 2.980 sampai 3.000 jamaah. Toiletnya terdiri dari 20 pintu untuk laki-laki dan 20 pintu untuk perempuan. Kalau diambil jumlah tengah jamaah laki-laki dan perempuan 1.500 orang, maka satu toilet digunakan 75 orang," kata Jauhari.

"Namun tidak setiap saat toilet di Mina padat. Kepadatan memuncak sebelum subuh dan menjelang waktu maghrib. Diluar waktu tersebut kepadatannya wajar. Karena itu, kami menyarankan jamaah agar memanfaatkan waktu yang lowong," katanya.

Adapun toilet di Arafah, Jauhari menilai tidak terlalu bermasalah. Karena selain aktivitas yang tidak terlalu lama, bangunan toilet juga banyak. Termasuk toilet bertingkat yang sudah dibangun pihak muassasah di beberapa titik.

"Kami juga sering mendengar isu turun temurun bahwa ada tiga jamaah Indonesia yang meninggal dunia di suatu WC karena fiber di lantainya pecah. Kami sampaikan bahwa tidak pernah ada laporan dan bukti tentang insiden tersebut," katanya. (*)



September 30, 2014 at 05:22AM

Leave a Reply