Angkutan Umum Jakarta Peringkat 8 Paling Tidak Aman di Dunia

Angkutan Umum Jakarta Peringkat 8 Paling Tidak Aman di Dunia
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Angkutan Kota (angkot) sedang menunggu penumpang di Terminal bayangan Kampung Melayu, Jakarta Timur, Selasa (22/4/2014). Pemprov DKI berencana menggunakan sistem upah per bulan kepada sopirr angkutan umum agar dapat terjadwal dan masuk ke terminal. Warta Kota/angga bhagya nugraha 

Tribunnews.com - Survei yang dilakukan di beberapa ibu kota negara besar di dunia, menyebutkan bahwa Jakarta merupakan kota nomor 5 yang memiliki transportasi umum paling berbahaya untuk kaum wanita. Sementara itu, kota pertama paling berbahaya untuk wanita adalah Bogota, Kolombia. Sedangkan kota paling aman untuk wanita adalah New York.

Poling yang dilakukan oleh YouGov dan The Thomson Reuters Foundation melibatkan 6.550 wanita dan pakar jender terkait persepsi mereka terhadap keamanan wanita saat menggunakan transportasi umum. Survei ini dilakukan di 15 dari 20 ibu kota negara, yakni Seoul, Moskow, London, Paris, Bangkok, Bogota, New Delhi, Kuala Lumpur, Tokyo, Mexico City, Jakarta, Buenos Aires, Beijing, Lima, Manila, dan New York.

Survei membuktikan bahwa dari 15 kota di dunia, Jakarta menduduki peringkat 8 kota yang paling tidak aman bagi wanita saat menaiki berkendaraan umum di malam hari. Jakarta, bahkan menempati peringkat ke 5, sebagai kota, di mana penduduk wanitanya sebagian besar pernah mengalami kekerasan verbal saat menggunakan kendaraan umum.

Pada kategori kekerasan fisik, wanita Jakarta menempati peringkat ke 6. Wanita bahkan menganggap, publik di Jakarta dan pemerintah, kurang merespon mereka saat mengalami kekerasan di kendaraan umum. [Baca juga: Ahok Pastikan Hapus Angkot di Jakarta]

Mary Crass, kepala kebijakan International Transport Forum, khawatir melihat banyaknya perempuan yang takut menggunakan transportasi umum di beberapa kota besar.

"Ketika tidak ada transportasi yang mudah diakses dan dapat diandalkan, maka hal ini dapat memengaruhi  kemampuan perempuan untuk memiliki kesempatan bekerja di area perkotaan. Hal tersebut dapat membuat perbedaan besar pada perempuan," kata dia.

"Perempuan cenderung lebih bergantung pada transportasi publik. Khususnya bagi perempuan berpendapatan rendah atau menengah," tambah Crass.



November 01, 2014 at 09:07AM

Leave a Reply