Laba Merosot Tajam, Masa Depan Twitter Kian Meragukan

Laporan keuangan yang tidak terlalu bagus yang dialami Twitter kembali menguatkan keraguan tentang apakah raksasa media sosial ini tetap berpeluang menguntungkan di masa depan. Twitter saat ini juga tengah menjadi sorotan para pemegang saham dan pengiklan, yang menilai popularitas media sosial ini semakin berkurang. Harga saham perusahaan ini pada Selasa malam (29/4) anjlok tajam setelah melaporkan kerugian pada kwartal ini mencapai US$132 juta.

Sejak tercatat di Bursa Efek New York pada bulan November,  salah satu tantangan terbesar Twitter adalah membuktikan kalau media sosial ini berguna untuk pengiklan.

Seorang Direktur Marketing berbasis di Sydney, Vanja Stace telah menguji keuntungan apa yang didapat dari kliennya yang memasang iklan di Twitter.

"Sejujurnya, Twitter sebenarnya hanya pemborosan waktu saja,” klaimnya.

Vanja Stace mengatakan kliennya meraih kesuksesan yang lebih besar dengan menggunakan media sosial lain.

"Saat ini, kami telah mengalihkan semua dana dan kegiatan pemasaran melalui Pinterest, Facebook dan Instagram, karena bagi merek yang kami kelola, mereka melihat pengguna memiliki tingkat keterlibatan yang lebih tinggi pada platform tersebut," katanya.

Tingkat keterlibatan memang menjadi ukuran utama yang diandalkan perusahaan untuk memasuki kolam besar pengguna, dan data pengguna, yang disediakan sebuah jaringan media sosial. Dan untuk Twitter, telah ada beberapa berita suram terkait hal itu.

Popularitas awal Twitter telah dikaitkan pada kesederhanaan: yang memungkinkan pengguna mengunggah posting sebanyak 140 karakter atau kurang, foto dan link, dan membiarkan pengguna mengirim pesan satu sama lain secara langsung.

Namun Twitter mengungkapkan saat ini rata-rata 255 juta pengguna bulanan mereka lebih jarang menggunakan akun Twitternya dibandingkan yang mereka lakukan tahun lalu.

Dan pertumbuhan jumlah pengguna bulanan mereka juga semakin berkurang dari perkiraan analis.

Stace mengaku tidak terkejut dengan hasil ini.

"Twitter untuk sementara waktu belum benar-benar memiliki keterlibatan dengan penggunanya. Seperti biasa media sosial ini tampak keren dan efektif ketika masih baru, tapi sekarang itu hanya seperti berita usang saja," katanya.
 
“Sama seperti MySpace – yang hanya berjaya sesaat saja,’

Setidaknya beberapa pengiklan tampaknya masih tetap bertahan menggunakan Twitter.
 
Pendapatan keseluruhan untuk tiga bulan pertama tahun ini meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi US$250 juta, namun karena ada biaya yang lebih tinggi itu artinya Twitter menjadi  kembali tidak mampu mengubah pendapatan itu menjadi keuntungan seperti tahun pertamanya.

Para Investor menghukum Twitter karena hasil itu, membuat harga sahamnya turun lebih dari 10 persen ke titik terendah yang tidak pernah terlihat sebelumnya sejak Twitter melantai di pasar saham.

Meskipun demikian, kepala eksekutif Dick Costolo tetap optimis selama konferensi dengan investor pagi ini.

"Saya suka pekerjaan yang kita lakukan saat ini misalnya dengan membuat platform memiliki tampilan visual yang lebih menarik dan bagi pengguna baru akan dapat melihat ficer baru dalam mengatur konten,” kata Costolo.

Bos marketing yakin Twitter tetap potensial untuk pengiklan

Bagaimana Twitter mengelola kontennya selama ini terus menjadi objek kritik selama beberapa waktu terakhir.sejumlah kalangan menyarankan agar Twitter  mengikuti Facebook dengan memberikan tampilan layout profil pengguna yang baru.

Namun demikian, ada satu aspek di Facebook yang tidak bisa ditandingi Twitter, yaitu tingkat keuntungannya.

Dalam laporan laba bersih yang diumumkan pekan lalu, Facebook mencetak rekor pendapatan dari iklan untuk laba kuartalan mereka.

Jeff Richardson, kepala eksekutif Facebook menilai fitur Online Circle, menjadi alasan yang jelas mengapa Facebook masih mendominasi, termasuk data pengguna yang rinci.

Namun ia meyakini Twitter masih memiliki potensi.

"Tentu saja selalu ada cara beriklan di Twitter dan menuai keuntungan, tapi harus dipikirkan secara cermat tentang mengapa melakukanitu dan apa yang akan dilakukan,” katanya.

"Anda bisa membeli trending yang dipromosikan, topik hashtag, hal-hal semacam itu. Anda harus mematikan kalau tweet anda mampu mencapai individu yang sesuai dengan target pasar anda.

Namun menurut Richardson, jika ingin membalik keadaan Twitter harus segera mengambil tindakan untuk meyakini pengiklan kalau platform mereka bisa memberikan keuntungan. Dan keputusan itu harus dilakukan segara sebelum benar-benar ditinggalkan oleh penggunanya.

"Pengguna media digital dan sosial media cenderung tidak sabaran,” katanya.



May 01, 2014 at 01:30AM

Leave a Reply