Bersantap Sate hingga Pempek Berselimut Kabut di Kaki Gunung Burangrang

Bersantap Sate hingga Pempek Berselimut Kabut di Kaki Gunung Burangrang
KOMPAS/MYRNA RATNA
Hamparan bunga Peacock di kaki Gunung Burangrang 

Tribunnews.com - Menikmati santap siang dalam balutan kabut. Menyeruput minuman hangat sambil menatap taburan bintang di langit malam. Semua pesona itu ada di kaki Gunung Burangrang.

Suasana yang tenteram itu bisa ditemui di Dusun Bambu di kawasan Cisarua, Bandung, Jawa Barat. Jauh dari hiruk-pikuk kota besar, kita menemukan sebuah oase untuk melepas penat. Saat pagi dimulai dengan kicauan burung, gemericik air dan desiran angin yang menggoyang rumpun-rumpun pokok bambu.

Lantunan kecapi suling sayup-sayup menyelusup ke bilik-bilik kamar yang menghadap ke hamparan sawah yang menghijau. Di antara pematangnya, rombongan mentok berjalan beriringan. Kicaunya yang ramai mengantar kenangan pada alam Priangan yang teduh.

Udara segar yang penuh hawa murni selalu mengundang rasa lapar lebih cepat. Apalagi, puluhan warung kaki lima yang tertata rapi di pusat jajanan (food court) mengeluarkan semerbak aneka masakan. Harum bakaran sate, berbaur wangi pempek panggang. Suara penggorengan mi tek-tek beradu dengan suara nyess dari panggangan kue rangi.

Deretan warung ini menyatu dengan Pasar Khatulistiwa, sebuah minimarket yang khusus menjual oleh-oleh tradisional khas Jawa Barat. Di situ para pramusaji berseliweran membawa nampan-nampan pesanan, yang membuat mata otomatis melirik. Ada nasi timbel, soto bandung, bakso yamin. Ah, begitu banyak pilihan!

Sarang burung

Mari kita masuki ”ruang makan” Lutung Kasarung yang memiliki desain unik. Dari kejauhan, deretan bangunan yang ”bertengger” di atas pohon dan dibalut oleh ranting-ranting kering itu bak sarang-sarang burung raksasa. Antara satu sarang dan sarang lain dihubungkan dengan jembatan kayu yang dirancang melengkung.

Halaman123


January 31, 2015 at 09:31AM

Leave a Reply